Beranda | Artikel
Anak Adalah Nikmat dan Ujian
Jumat, 1 Mei 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Anak Adalah Nikmat dan Ujian merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani yang sangat penting untuk diketahui oleh setiap muslim. Kajian ini disampaikan pada 18 Jumadal Awwal 1441 H / 14 Januari 2020 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Anak Adalah Nikmat dan Ujian

Kita telah membahas mukaddimah dan poin pertama yaitu anak adalah sebuah nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mana nikmat harus kita jaga sebagaimana nikmat-nikmat lainnya. Tidak ada jaminan nikmat itu akan terus melekat pada kita. Dan Allah berjanji bagi orang yang mensyukuri nikmat itu akan Allah tambah nikmat itu untuknya.

Kemudian kita akan melanjutkan poin berikutnya, yaitu anak adalah perhiasan bagi kedua orang tuanya, tapi juga sekaligus menjadi sebuah ujian bagi kedua orangtua. Anak adalah fitnah dan anak adalah zinah (perhiasan). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” (QS. Al-Kahfi[18]; 46)

Allah sebut dia sebagai perhiasan karena menyenangkan hati orang yang memilikinya dan melihatnya. Menjadi kebanggaan juga suatu keindahan bagi orang yang memakainya. Maka tempat sekali bahwa anak adalah perhiasan kehidupan di dunia. Jiwa kita merasa bahagia ketika melihat anak-anak kita. Hati pun merasa sangat senang tatkala bercanda maupun bermain dengan mereka. Anak adalah perhiasan dunia bagi kedua orang tuanya.

Namun kita harus waspada, kita harus hati-hati karenan disamping sebagai anugerah/nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, anak adalah zinah (perhiasan) bagi kedua orang tuanya, anak juga merupakan fitnah, yaitu cobaan dan ujian bagi kedua orang tua. Sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala katakan:

أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّـهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ ﴿٢٨﴾

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu sebagai ujian dan cobaan bagi kamu. Dan di sisi Allah pahala yang besar.” (QS. Al-Anfal[8]: 28)

Maka setelah kita memahami hal tersebut, jangan sampai kita terpedaya dengan kehadiran buah hati, kehadiran anak itu di tengah-tengah kita, sehingga menjadi lalai dalam melakukan ketaatan-ketaatan kepada Allah, mengabaikan kewajiban-kewajiban kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kehadiran anak kadang menjadikan seorang hamba itu bersikap angkuh dan sombong, tidak mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia berbangga diri dengan anak-anaknya dan merasa paling tinggi derajatnya daripada orang lain. Seperti yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan di dalam surat Saba’, Allah Subhanahu wa Ta’ala bercerita tentang orang-orang Kafir, orang-orang yang sombong, orang-orang yang membanggakan dirinya dengna memiliki anak yang banyak dan merendahkan orang lain dengannya. Allah mengatkaan:

وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ ﴿٣٥﴾

Mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami memiliki lebih banyak anak dan harta daripada kamu. Dan kami tidak akan disiksa.’” (QS. Saba`[34]: 35)

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala membantah perkataan mereka tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyanggahnya bahwa harta dan anak bukanlah sesuatu yang mendekatkan diri mereka kepada Allah, meninggikan derajat mereka di sisi Allah, Allah mengatakan:

وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُم بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِندَنَا زُلْفَىٰ

Bukanlah harta atau anak-anakmmu yang mendekatkat kamu kepada Kami..

إِلَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا

melainkan orang-orang yang beriman yang tinggi derajatnya di sisi Kami adalah orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih.”

فَأُولَـٰئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ ﴿٣٧﴾

merekalah yang akan memperoleh balasan yang berlipat ganda atas apa yang telah mereka kerjakan dan mereka akan aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi di dalam surga.” (QS. Saba[34]: 37)

Jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan di dalam ayat tersebut bahwa kedudukan yang tinggi di sisi Allah, keutamaan yang Allah berikan kepada seorang hamba bukan karena banyaknya harta dan anak, tapi orang yang tinggi derajatnya adalah orang yang beriman dan beramal shalih. Jadi kehadiran anak ataupun memiliki anak bukan berarti tinggi dan mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, kecuali yang beriman dan beramal shalih.

Anak kerap kali mendorong orang tua untuk menghalalkan segala cara didalam mencari rezeki, usaha yang haram. Demi masa depan anak, untuk menyenangkan anak, sayang anak, maka orang tua berusaha keras mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dengan segala cara sekalipun harus mencarinya dengan cara yang haram, berbuat kedzaliman, mendzalimi orang yang lemah, memusuhi orang lain, memutus silaturahim dan lain sebagainya. Karena anak, demi anak atau karena alasan sayang anak. Sehingga orang tua kadang-kadang gelap harta dengan segala cara.

Adakalanya anak itu membuat hamba itu menjadi kikir dan penakut. Kikir, dia tidak mau mengeluarkan kewajiban hartanya yaitu zakat dan kikir dia tidak mengeluarkan sedekah, dia tidak mau bersedekah, dia tidak mau berinfaq, berbagi harta kepada orang lain. Dan menjadi penakut, yaitu takut di dalam menjalankan kewajiban-kewajibannya karena alasan pertimbangan anak. Orang tua kadang-kadang menjadi mengurungkan niatnya untuk melakukan sesuatu kebaikan ataupun sesuatu kewajiban karena anak. Saat ingin bersedekah, setan mempengaruhinya dengan membisikkan anakmu tadi minta ini dan itu, maka demi anaknya ia mengurungkan niatnya untuk berinfaq di jalan Allah. Padahal yang diminta oleh anaknya itu kadangkala bukanlah kebutuhan yang primer, bukanlah kebutuhan yang penting. Bahkan mungkin sesuatu yang tidak berfaidah. Tapi demi memuaskan anak, orang tua kadang-kadang menjadi kikir, bakhil dan penakut. Maka benarlah sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Hakim dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jaami’, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الْوَلَدَ مَبْخَلَةٌ مَجْبَنَةٌ مَجْهَلَةٌ مَحْزَنَةٌ

“Sesungguhnya anak dapat menjadikan seseorang itu bakhil, menjadikannya seorang yang penakut, menjadikan dia berbuat jahil dan membuat dia bersedih hati.” (HR. Hakim)

Download dan simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-9:38

Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani

Kajian Islam Tentang Anak Adalah Nikmat dan Ujian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48397-anak-adalah-nikmat-dan-ujian/